PANTAU LAMPUNG– Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Dharmasraya semakin menunjukkan komitmennya dalam membina kemandirian warga binaan melalui program-program produktif yang memiliki nilai ekonomi. Salah satu inovasi terbaru yang tengah dijalankan adalah pembangunan kandang bebek, yang menjadi langkah awal dalam pengembangan budidaya bebek petelur di lingkungan lapas.
Pembangunan kandang ini dilakukan secara gotong royong oleh para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), dibimbing langsung oleh Seksi Kegiatan Kerja. Proses pembangunan mencakup seluruh tahapan mulai dari pembuatan pondasi, pemasangan rangka dan dinding, hingga penataan area pemeliharaan agar kondusif dan nyaman bagi ternak bebek. Para WBP dilibatkan secara aktif sehingga mendapatkan pengalaman langsung dalam pembangunan fasilitas peternakan, sekaligus melatih keterampilan teknis dan kerja sama tim.
Kepala Lapas Kelas III Dharmasraya, Ferdika Canra, menekankan bahwa kegiatan ini bukan sekadar proyek fisik, melainkan bagian dari pembinaan yang bersifat edukatif sekaligus produktif. “Melalui program ini, kami ingin membekali WBP dengan keterampilan nyata yang dapat digunakan setelah kembali ke masyarakat. Selain sebagai sarana pelatihan beternak, hasil dari budidaya bebek nantinya juga bisa dijual untuk mendukung kegiatan pembinaan dan meningkatkan nilai produktivitas di dalam lapas,” ujarnya saat ditemui pada Jumat, 17 Oktober 2025.
Kegiatan ini juga memberikan nilai psikologis yang positif bagi WBP. Rudi, salah satu warga binaan yang terlibat, mengaku senang karena bisa belajar langsung cara membangun kandang dan merawat bebek. “Kami senang karena bisa belajar cara beternak bebek dan membangun kandangnya sendiri. Kalau nanti hasilnya bisa dijual, itu artinya kerja kami bermanfaat dan bisa membantu lapas juga,” katanya penuh semangat.
Kasubsi Pembinaan, Darmes Saputra Tanjung, menambahkan bahwa setelah kandang rampung, program akan dilanjutkan ke tahap pembibitan dan pemeliharaan bebek petelur. Telur yang dihasilkan akan digunakan untuk kebutuhan internal lapas dan dipasarkan secara terbatas, sebagai bentuk nyata pembinaan kemandirian serta praktik kewirausahaan bagi warga binaan. “Kami ingin WBP tidak hanya belajar secara teori, tetapi juga mengalami proses bisnis secara langsung, mulai dari produksi hingga distribusi,” jelas Darmes.
Selain aspek ekonomi, program ini diharapkan mampu menumbuhkan etos kerja, rasa tanggung jawab, serta kemampuan manajerial di kalangan warga binaan. Keterlibatan WBP dalam seluruh proses, dari pembangunan hingga pemeliharaan, diharapkan membangun rasa percaya diri dan keterampilan hidup yang berguna di luar lapas.
Langkah ini menjadi salah satu strategi Lapas Kelas III Dharmasraya dalam menciptakan lingkungan pembinaan yang berkelanjutan. Dengan program produktif seperti budidaya bebek petelur, Lapas Dharmasraya memperlihatkan bahwa pembinaan warga binaan tidak hanya berfokus pada aspek kepatuhan hukum, tetapi juga mempersiapkan mereka menjadi pribadi yang mandiri, produktif, dan siap bersaing di masyarakat setelah bebas.
Dengan inisiatif ini, Lapas Dharmasraya tidak hanya mencetak warga binaan yang terampil dalam beternak, tetapi juga menegaskan peran lapas sebagai pusat pembinaan yang inovatif dan berpihak pada kemandirian serta kesejahteraan WBP.***












