PANTAU LAMPUNG— Cyberbullying atau perundungan digital kini menjadi ancaman nyata bagi kesehatan mental generasi muda. Menyadari kompleksitas dampaknya, Pemerintah Kabupaten Pringsewu menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, keluarga, dan masyarakat luas dalam mengatasi persoalan ini.
Hal tersebut ditegaskan oleh Bupati Pringsewu, Riyanto Pamungkas, saat membuka acara Sosialisasi Cyberbullying di Universitas Muhammadiyah Pringsewu (UMPRI), Senin (12/5). Acara ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Wakil Bupati Umi Laila, Ketua TP-PKK Rahayu Sri Pamungkas, jajaran Forkopimda, pihak kampus, hingga sejumlah narasumber dan tokoh masyarakat.
Teknologi: Pisau Bermata Dua
Dalam sambutannya, Bupati Riyanto menyampaikan bahwa kemajuan teknologi informasi membawa dampak besar—baik secara positif maupun negatif—pada berbagai sektor kehidupan. Di satu sisi, ia mempercepat akses informasi, komunikasi, hingga pendidikan dan kesehatan. Namun di sisi lain, ia juga membuka celah lahirnya tantangan baru, seperti kecanduan gadget, pelanggaran privasi, dan yang paling meresahkan: cyberbullying.
“Kita tidak bisa menutup mata. Cyberbullying dapat meninggalkan luka yang tidak terlihat, tapi sangat menyakitkan. Ini adalah masalah bersama yang membutuhkan penanganan kolaboratif,” tegasnya.
Sosialisasi: Langkah Awal, Bukan Akhir
Bupati Riyanto menyambut baik digelarnya kegiatan sosialisasi ini dan berharap agar para peserta, khususnya kaum muda, semakin memahami bentuk, dampak, dan cara mencegah cyberbullying. Ia menekankan bahwa menciptakan ruang digital yang sehat adalah tanggung jawab kolektif.
“Mari kita jadikan ini momentum untuk bergerak bersama. Sosialisasi ini bukan hanya agenda seremonial, tapi langkah awal membangun kesadaran sosial,” ujarnya.
Peran Keluarga dan Sekolah Tak Tergantikan
Dalam paparannya, Bupati Riyanto mengajak para orang tua, guru, dan pendidik untuk terus memberikan edukasi sejak dini mengenai etika berinternet dan penggunaan media sosial secara bijak.
“Kita harus mengajarkan anak-anak bukan hanya cara menggunakan teknologi, tapi juga cara berperilaku di dalamnya. Literasi digital harus dibarengi dengan literasi moral,” imbuhnya.
Ia juga menyerukan perlunya ruang diskusi terbuka antara anak dan orang tua, agar anak-anak merasa aman berbicara saat mengalami atau menyaksikan tindakan perundungan secara online.
Membangun Generasi Digital yang Tangguh
Dengan kerja sama lintas sektor, Pemerintah Kabupaten Pringsewu optimistis dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan suportif. Riyanto Pamungkas menutup sambutannya dengan harapan besar:
“Kita ingin anak-anak kita tumbuh sebagai generasi yang cerdas, kreatif, dan bertanggung jawab. Dunia digital harus menjadi ruang yang membebaskan, bukan menekan.”***