PANTAU LAMPUNG– Diabetes semakin menjadi ancaman besar di Indonesia dengan angka penderita yang terus meningkat. Menurut laporan International Diabetes Federation (IDF) 2023, Indonesia kini berada di posisi ketujuh sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia, dengan sekitar 19,5 juta orang dewasa yang menderita diabetes.
Founder Epitel Indonesia, Ns. Padri Setiawan, S.Kep, mengungkapkan, secara global, jumlah penderita diabetes diprediksi mencapai 783 juta pada tahun 2045, dari sebelumnya 537 juta orang dewasa. Lonjakan ini mencerminkan pola hidup yang semakin tidak sehat, didorong oleh kebiasaan makan yang buruk dan rendahnya kesadaran untuk deteksi dini.
Krisis Kesehatan Nasional
Padri Setiawan menyebutkan bahwa perubahan pola hidup akibat urbanisasi adalah salah satu pemicu utama. “Konsumsi makanan olahan dan manis semakin tinggi, sementara aktivitas fisik semakin berkurang. Ini kombinasi berbahaya,” jelas Padri.
Selain itu, Co-Founder Epitel Indonesia, Asrul, Amd. Kep, mengungkapkan keprihatinannya terhadap banyaknya penderita diabetes yang baru datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi sudah parah, dengan komplikasi seperti luka diabetes, penyakit jantung, atau gagal ginjal. “Padahal, deteksi dini bisa mencegah kondisi semakin memburuk,” tambahnya.
Meningkatnya Kasus pada Anak dan Remaja
Tren yang lebih memprihatinkan adalah meningkatnya kasus diabetes tipe 2 pada anak-anak dan remaja, yang sebelumnya hanya ditemukan pada orang dewasa. “Anak-anak sekarang lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman manis, serta jarang berolahraga, yang membuat mereka rentan terhadap diabetes,” kata Asrul.
Padri Setiawan juga menekankan pentingnya edukasi sejak dini untuk mencegah generasi muda terjebak dalam pola hidup yang tidak sehat. “Pendidikan dan perubahan pola hidup adalah kunci pencegahan,” jelasnya.
Dampak Ekonomi yang Besar
Diabetes bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga beban besar bagi sistem kesehatan nasional. Biaya pengobatan yang tinggi, terutama jika sudah mencapai tahap komplikasi, menjadi tantangan besar. “Pengobatan diabetes memerlukan biaya besar, terutama saat sudah terjadi komplikasi seperti amputasi atau gagal ginjal,” ungkap Padri.
Selain itu, diabetes juga mempengaruhi produktivitas masyarakat. “Orang dengan diabetes sering kehilangan kemampuan bekerja, yang berdampak pada ekonomi keluarga dan negara,” tambahnya.
Pencegahan dan Edukasi: Kunci untuk Masa Depan
Sebagai penyedia layanan perawatan luka diabetes, Epitel Indonesia berperan penting dalam memberikan solusi. Padri dan Asrul sepakat bahwa langkah pencegahan adalah kunci utama. “Pencegahan diabetes harus dimulai dari edukasi dan perubahan pola hidup. Masyarakat harus memahami bahwa diabetes bukan hanya soal gula darah, tetapi juga gaya hidup secara keseluruhan,” ucap Padri.
Asrul menambahkan, “Kami di Epitel Indonesia fokus pada deteksi dini dan manajemen kasus. Selain perawatan luka, kami juga mendidik pasien untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dengan pola makan sehat, olahraga, dan pengelolaan stres.”
Pesan untuk Masyarakat
Di akhir wawancara, Padri dan Asrul mengingatkan masyarakat untuk tidak menunggu komplikasi datang sebelum peduli terhadap kesehatan. “Mulailah dengan pola makan sehat, olahraga rutin, dan pemeriksaan kesehatan berkala,” pesan Padri.
Asrul juga menekankan bahwa pencegahan selalu lebih baik daripada mengobati. “Kami di Epitel Indonesia siap membantu masyarakat, baik dalam perawatan luka diabetes maupun edukasi,” ujarnya.
Dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan penyedia layanan kesehatan seperti Epitel Indonesia, diharapkan angka penderita diabetes dapat ditekan, dan masyarakat Indonesia bisa hidup lebih sehat dan produktif.
Fakta Diabetes di Indonesia (2023):
– Jumlah Kasus: 19,5 juta orang dewasa.
– Komplikasi Utama: Luka diabetes, gagal ginjal, penyakit jantung.
– Faktor Risiko: Gaya hidup tidak sehat, obesitas, kurang aktivitas fisik.
Jangan tunggu gula darah merusak tubuh Anda. Mulailah hidup sehat hari ini.***