PANTAU LAMPUNG– Pemandangan tempat pembuangan sampah (TPS) liar yang memenuhi wilayah Lampung Barat kini menjadi hal yang umum. Dari tepi jalan hingga kawasan hutan lindung Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), sampah-sampah hasil masyarakat telah mencemari lingkungan yang seharusnya dilindungi.
Fenomena ini menjadi ironi, terutama mengingat sebagian besar wilayah Lampung Barat merupakan hutan lindung. Kondisi ini memicu Calon Bupati Lampung Barat, Parosil Mabsus, untuk menegaskan program unggulan “Kabupaten Konservasi” dalam kampanyenya. Isu lingkungan menjadi salah satu fokus utama yang akan ditangani Parosil bersama pasangannya, Mad Hasnurin, jika terpilih pada Pilkada 2024.
Sebagai langkah awal, Parosil mengunjungi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemrosesan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lampung Barat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bahway, Kecamatan Balik Bukit, pada Selasa (8/10/2024). Dalam kunjungan tersebut, ia berdiskusi dengan petugas UPT mengenai pengelolaan sampah di kawasan tersebut.
“Program Kabupaten Konservasi sudah saya canangkan sejak periode kepemimpinan saya sebelumnya (2017-2022), bersama dua komitmen lainnya, yaitu Kabupaten Literasi dan Kabupaten Tangguh Bencana. Untuk ke depan, saya akan lebih fokus pada Kabupaten Konservasi,” ungkap Parosil setelah kunjungan tersebut.
Menurutnya, dengan 73% wilayah Lampung Barat adalah hutan lindung, upaya konservasi harus mencakup pengelolaan sampah, bukan hanya penghijauan. “Sampah kini menjadi masalah serius, termasuk saluran air dan daerah aliran sungai (DAS) yang perlu perhatian,” tambahnya.
Parosil menekankan pentingnya DAS yang tidak hanya bermanfaat bagi pertanian, tetapi juga untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat. Ia percaya, dampak positif dari program ini tidak hanya akan dirasakan oleh warga Lampung Barat, tetapi juga oleh masyarakat di Provinsi Lampung dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Provinsi Sumatera Selatan.
Dalam kunjungannya ke TPA Bahway, Parosil melihat kapasitas lahan yang ada masih cukup untuk menampung sampah dari masyarakat. Namun, ia juga mengakui adanya kendala dalam distribusi sampah dari kecamatan dan pekon ke lokasi TPA, serta keterbatasan jumlah armada pengangkut sampah.
“Masalah distribusi sampah dan jumlah armada pengangkut perlu diatasi. Ke depan, kita perlu solusi untuk perbaikan dan manajemen kepemimpinan di UPT Pemrosesan Sampah DLH,” tegasnya. Ia juga menyoroti pentingnya kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk BUMDes dan sektor swasta, untuk mengubah masalah sampah menjadi berkah.
Kunjungan Parosil disambut baik oleh pihak UPT Pemrosesan Sampah DLH Lampung Barat. Seorang petugas, Wawan, berharap ada peningkatan pengelolaan, termasuk penambahan sumber daya manusia dan armada pengangkut. Saat ini, DLH Lampung Barat hanya memiliki dua truk pengangkut sampah yang aktif, sehingga kesulitan dalam menangani TPS liar yang menyebabkan banyak sampah tidak terangkut.***