PANTAU LAMPUNG – Kelenteng Gondomanan menjadi salah satu destinasi favorit saat libur Waisak 2024. Berikut 4 fakta menarik tentang Kelenteng Gondomanan Yogyakarta.
Simbol Toleransi Antar Umat Beragama
Kelenteng Gondomanan, yang dikenal dengan nama Fuk Ling Miau, adalah simbol toleransi antar umat beragama di Yogyakarta. Tempat ini menunjukkan bagaimana berbagai etnis, budaya, agama, dan ras dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Sri Sultan Hamengku Buwono II memberikan lahan untuk kelenteng ini sebagai penghargaan kepada seluruh etnis di Yogyakarta, tanpa memandang latar belakang agama atau suku. Hal ini dilakukan karena Sri Sultan prihatin dengan masyarakat Tionghoa di Kampung Ketandan yang harus menempuh jarak jauh untuk beribadah.
Sejarah Kelenteng Gondomanan
Kelenteng ini dibangun pada tahun 1900 di atas lahan yang diberikan secara cuma-cuma oleh Keraton Yogyakarta. Pemberian lahan tersebut dilakukan jauh sebelum kelenteng dibangun, yakni pada tahun 1854, dengan luas awal sekitar 600 meter persegi. Seiring waktu, lahan tersebut diperluas hingga mencapai 1.150 meter persegi untuk menampung semakin banyak umat Buddha yang beribadah di sana.
Hadiah untuk Permaisuri
Ada cerita lain yang menyebutkan bahwa kelenteng ini diberikan oleh Sri Sultan HB II sebagai hadiah untuk salah satu permaisuri yang berasal dari China. Kehadiran kelenteng ini dimaksudkan untuk memudahkan permaisuri dalam beribadah, mengingat kelenteng lainnya berada cukup jauh.
Arti Kelenteng Fuk Ling Miau
Nama asli Kelenteng Gondomanan adalah Fuk Ling Miau, yang dalam bahasa China berarti tempat ibadah yang penuh dengan keberkahan tak terhingga. Kata Miau dalam bahasa China berarti kelenteng.
Arsitektur Kelenteng Gondomanan
Kelenteng Fuk Ling Miau memiliki arsitektur yang menggabungkan dua unsur budaya, yakni China dan Jawa. Bangunan ini tampak megah dan mewah dengan ornamen yang lengkap, mencerminkan rasa syukur dan terima kasih masyarakat Tionghoa kepada masyarakat Yogyakarta, khususnya kepada Sri Sultan sebagai penguasa Yogyakarta yang telah menerima mereka sejak lama.
Kelenteng Gondomanan bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol keberagaman dan harmoni yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin melihat langsung kekayaan budaya dan sejarah Yogyakarta.***