PANTAU LAMPUNG -Pilkada Serentak 2024 menyajikan fenomena menarik: istri bupati yang maju untuk menggantikan posisi suami mereka. Namun, apakah hal ini akan membawa kemajuan atau sebaliknya bagi daerah yang dipimpin?
Trend politik dinasti telah menjadi pola yang terlihat jelas dalam beberapa pilkada terakhir, termasuk di Lampung. Sejumlah istri bupati telah mengambil langkah untuk memasuki dunia politik, salah satunya adalah Nanda Indira Dendi, istri Bupati Pesawaran, yang mencalonkan diri di Pilkada Pesawaran.
Selain itu, Septi Istiqlal, istri Bupati Pesibar, juga akan bertarung di Kabupaten Pesisir Barat. Sementara Endah Kartika, istri mantan Bupati Lampura, telah menetapkan langkahnya untuk maju di Lampura, menggantikan suaminya yang terjerat kasus korupsi yang diusut oleh KPK.
Tidak hanya itu, Walikota Bandar Lampung, Eva Dwiana, yang sebelumnya berhasil menggantikan suaminya sebagai Walikota, kini tengah berjuang untuk periode kedua. Sedangkan Dewi Handajani, yang berhasil menggantikan suaminya sebagai Bupati Tanggamus, kini bertarung kembali untuk jabatan kedua.
Di sisi lain, ada pula cerita Nessy Kalvia, istri bupati yang tidak beruntung dalam pilkada sebelumnya. Meskipun belum ada pernyataan resmi, Nessy Kablia dikabarkan akan mencalonkan diri kembali di Pilkada Lamteng melalui Partai NasDem.
Namun, fenomena politik dinasti ini tidak selalu menghasilkan kemajuan yang diharapkan. Beberapa kritik muncul terhadap keberhasilan istri bupati dalam memimpin daerah yang dipercayakan kepada mereka. Contohnya adalah kasus Bandar Lampung, di mana di bawah kepemimpinan Herman HN, kota ini mengalami perkembangan signifikan, namun di bawah kepemimpinan Eva Dwiana, beberapa isu seperti banjir, hilangnya hutan kota, dan pembangunan infrastruktur yang kontroversial menjadi sorotan.
Maka, pertanyaannya adalah, apakah langkah istri bupati di Pilkada 2024 akan membawa kemajuan atau justru sebaliknya bagi daerah yang dipimpin? Ini menjadi pertanyaan menarik yang perlu dipantau dalam perhelatan politik mendatang.***