BANDAR LAMPUNG, PL– Penulis Lampung peraih Hadiah Rancage Sastra Lampung 2018, Muhammad Harya Ramdhoni atau yang kini menggunakan nama pena Merah Dani meluncurkan buku keenamnya yang berjudul Kitab Pernong.
Buku tersebut terdiri dari 10 cerita pendek yang salah satunya adalah cerita Kitab Pernong.
Penggunaan nama Kitab Pernong sendiri menurut Merah Dani untuk melanjutkan karya-karya sebelumnya yang mengambil judul nama empat Umpu penyebar agama Islam di Sekala Brak pada abad ke-12 Masehi.
Selain itu, judul Kitab Pernong juga diinspirasikan oleh kisah hidup leluhurnya sendiri yaitu Umpu Pernong alias Maulana Nadzir ibn Maulana Yamiza Rahmat.
Cerpen tersebut adalah hasil kontemplasi dan bacaan Ramdhoni ketika ia secara sengaja maupun tidak sengaja menemukan fakta-fakta baru seputar kisah heroik salah seorang penyebar awal agama Islam di tanah Lampung itu.
Sementara itu penggunaan nama Merah Dani sebagai nama penanya adalah mengambil dari nama kakek buyut ayahnya yang merupakan seorang Sultan ke-20 Kepaksian Pernong dan Lampung pada peralihan abad ke-19 dan 20.
Ia berharap dengan menggunakan nama Merah Dani alias Hi. Harmain gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja (1869-1936) dapat menjadi pengingat dan bentuk penghormatan kepada kakek canggahnya itu.
“Merah Dani adalah nasab saya sendiri. Semoga penggunaan nama beliau sebagai nama pena saya sejak saat ini dan seterusnya bisa menjadi berkah dan bermanfaat bagi diri saya sendiri dan keluarga.”
Buku Kitab Pernong diterbitkan oleh Penerbit Ladang Publishing Yogyakarta dan dipasarkan secara online. Para peminat dapat menghubungi laman Jualan Buku Sastra Yogyakarta untuk memesan buku tersebut. Peluncuran resmi buku Kitab Pernong akan dilaksanakan pada akhir bulan Januari 2022 di Gedung UKMBS Universitas Lampung.
Peluncuran buku itu adalah kerjasama antara Penerbit Ladang Publishing, UKMBS Unila dan Bagian Humas Marga Liwa.
Merah Dani sebelumnya telah menerbitkan lima buku masing-masing prosa sejarah Sekala Brak Perempuan Penunggang Harimau (2011), buku kumcer Kitab Hikayat Orang-orang yang Berjalan di Atas Air (2012), buku kumcer Mirah Delima Bang Amat (2016), buku puisi berbahasa Lampung Semilau (2017) yang mengantarnya meraih Hadiah Rancage Sastra Lampung tahun 2018; dan buku puisi Sihir Lelaki Gunung (2018).
(*)